Akek Antak dalam bahasa Bangka nya adalah Nenek dan Kakek. Jadi
sebenarnya ini merupakan kisah mitos ataupun pelajaran untuk masyarakat
Kepulauan Bangka khususnya. Berikut petikan cerita Batu Akek Antak
tersebut :
Pada zaman dahulu, di daerah tersebut hidup sepasang suami istri, yang dikenal bernama Akek Antak dan Nek Antak. Kedua pasangan suami istri ini, tinggal di Desa Permis tetapi memiliki Umeh ( ladang-red) di daerah Dusun Tanjung Tedung.
Ketika itu, Akek Antak dikenal seorang tokoh yang disebut-sebut, memiliki ilmu kanuragan tinggi. Saat panen padi, dan padinya di jemur di rumah pondoknya seringkali hilang.
Kesal hasil panennya hilang, akhirnya Akek Antak memanggil peliharaannya berupa ular Tedung. Dan berpesan apabila ada yang mengambil padi di jemuran dan mengunakan baju biru, agar dipatuk saja.
Kemudian dia berangkat ke Permis untuk melihat kebunnya disana. Saat itu di Dusun Tanjung Tedung akan turun hujan.
Istri Akek Antak, yang dikenal bernama Nek Antak sedang berladang. Melihat padi sedang yang dijemur dirinya berinisiatif mengangkat jemurannya.
Naas dirinya yang saat itu, masih mengenakan baju biru untuk berladang. Ular Tedung yang berada tidak jauh dari penjemuran padi segera melaksanakan perintah tuannya, dan mematuk sehingga sang nenekpun tewas.
Singkat cerita, Akek Antak yang berada di Permis pulang kek dusun Tanjung Tedung. Betapa kagetnya, Akek melihat istri tercinta telah meninggal dunia dan menjadi batu.
Kemudian dirinya lalu melampiaskan kekesalannya dengan memotong-motong tubuh ular peliharaannya. Begitulah cerita, yang beredar di daerah tersebut, sehinggga daerah itu dinamakan Tanjung Tedung yang sekarang menjadi Desa Tanjung Pura. Nama desa diambil karena berada di Semenanjung dan nama tedung diambil dari nama ular Tedung.